Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi.
Ada istilah yang mengatakan bahwa, “PR merupakan etalase untuk sebuah Lembaga”. Hal tersebut menggambarkan, bahwa menjadi seorang PR, memang memiliki fungsi yang dinilai cukup penting dalam suatu organisasi.
Maka dari itu, seorang PR perlu memiliki kecerdasan secara intelektual dan emosional. Karena, mau tidak mau dalam kesehariannya, PR akan berhadapan dengan pihak yang memiliki berbagai karakter. Selain itu, tidak menutup kemungkinan PR akan diterpa oleh suatu persoalan yang tidak mudah. Yang jika salah langkah, maka organisasi akan mendapatkan kesan tidak baik dari public. Sebaiknya juga, seorang PR tidak reaktif ketika dihadapkan oleh suatu permasalahan, karena hal tersebut akan menggiring opini public yang tidak baik.
Karena menjadi ‘etalase’ atau representasi untuk suatu organisasi, maka PR perlu memiliki sifat yang friendly, ramah, mudah senyum, dan memiliki Bahasa tubuh yang baik. Semua itu, untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra baik organisasi.
Seorang Public Relations (PR) memiliki fungsi yang cukup krusial untuk organisasinya. Setiap saat, perlu memutar otak untuk dapat membentuk, menjaga dan meningkatkan citra organisasi. Selain itu, strategi dalam menggiring opini baik dari publik, perlu juga dipahami dan dikuasai oleh PR. Lantas, amunisi apa yang perlu dimiliki PR untuk mendapatkan itu semua?
Amunisi PR sebenarnya tidak banyak. Hitungannya hanya dua. Dua saja?
Eitt, tapi jangan dibilang ‘hanya’ atau ‘saja’ ya. Meski diangka yang cukup sedikit, kedua amunisi ini benar-benar berpengaruh besar.
Kedua amunisi itu adalah speaking and writing. Keduanya akan digunakan dalam penyampaian informasi pada publik.
Speaking atau berbicara. Mengapa skill itu perlu dimiliki PR? Dilihat dari pengertian PR sendiri saja, itu adalah proses strategi komunikasi. Kuncinya ‘komunikasi’. Komunikasi dalam ruang lingkup internal ataupun eksternal. Contoh dalam lingkup internal, PR sebisa mungkin memiliki kemampuan untuk dapat memotivasi karyawannya agar bisa menjadi humas bagi organisasinya. Dalam menyampaikan motivasi tersebut, sudah seharusnya seorang PR mampu berbicara secara efektif degan menggunakan kalimat persuasif, agar dapat memberikan pemahaman pada setiap individu yang ada di dalam organisasi.
Sementara untuk lingkup eksternal, kemampuan berbicara bisa dilakukan misalnya pada kegiatan konferensi pers. Entah dalam menyampaikan informasi mengenai produk misalnya, atau ketika sedang ada permasalahan yang terjadi. PR harus mampu menjadi jembatan antara organisasi dan publik, untuk dapat meredam opini liar yang dapat menurunkan citra organisasi.
Selain speaking, kemampuan untuk menulis atau writing, dapat mendukung pekerjaan PR dengan baik. Semisal dalam proses pembuatan press release yang mana dibutuhkan para wartawan, dalam memenuhi data untuk membuat berita yang mana nantinya akan menjadi konsumsi publik. Release di jaman sekarang, tidak hanya untuk diberikan pada para wartawan yang membutuhkan. Melainkan, dengan perkembangan teknologi saat ini, pada umumnya perusahaan akan memilii situs website untuk memuat segala informasi mengenai organisasinya. Tidak semua orang memiliki kemampuan menyampaikan informasi melalui kata-kata. Tapi, hal itu lah yang perlu dikuasai oleh seorang PR.
Jadi, kalian sudah memiliki kedua amunisi itu?