K-Drama yang cukup digrandrungi oleh para penonton di Indonesia, ternyata tidak hanya menyuguhkan kisah roman saja. Namun dari sana, para penonton bisa belajar banyak hal baru. Seperti halnya drama korea dengan judul Shooting Stars.
Drama bergenre komedi romantis tersebut, bercerita tentang Oh Han-Byeol (Lee Sung-Kyung) sebagai kepala Public Relations (PR) dari agensi entertainment, Starforce Entertainment yang menaungi banyak aktor dan aktris.
Selain menyuguhkan cerita love-hate relationship antara Oh Han-Byeol dan Gong Tae-Sung (Kim Yong-Dae), Shooting Stars membawa penonton untuk mengetahui dan memahami karir seorang PR, yang dituntut untuk memiliki keterampilan komunikasi, menguasai skill manajemen krisis dan problem solving, juga dapat menghadapi berbagai rumor para artis yang dinaungi agensinya dengan sikap tenang namun tepat.
Dari drama yang rilis di tahun 2022 tersebut, penonton dapat belajar banyak hal diantaranya adalah pemahaman mengenai PR yang bertanggungjawab pada citra perusahaan. Salah satu tugas PR adalah untuk menyampaikan segala informasi penting mengenai perusahaan pada publik. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, PR harus pandai memilah dan memilih informasi mana yang dapat dikonsumsi oleh publik. Sehingga dari informasi yang disampaikan, citra perusahaan tetap positif.
Hal tersebut dilakukan oleh On Han-Byoel untuk selalu menjaga reputasi para artis yang dinaungi oleh Starforce Entertainment.
Humas harus cermat untuk memanfaatkan situasi dan peluang. Itulah yang ditayangkan dalam drama dengan total 16 episode tersebut. Tim PR Starforce selalu berhasil dalam menemukan solusi untk memperbaiki citra para artisnya yang terlibat rumor negatif. Oh Han-Byeol dengan tim pun selalu berhasil memanfaatkan rumor negatif yang sedang hangat diperbincangkan oleh publik, menjadi peluang yang bermanfaat bagi agensi atau artis yang dinaunginya. Dari sini, terlihat bahwa PR memang mau tidak mau harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi.
Bersikap Responsif, tidak Reaktif. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh PR saat menghadapi segala isu negatif yang dapat menghancurkan citra perusahaan. Responsif artinya, menanggapi segala sesuatu dengan cepat dan tepat, juga tidak gegabah. Oh Han-Byeol dan tim melakukan hal tersebut saat para artisnya dihujani rumor negatif. Tim PR selalu tenang dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada pihak terkait. Jika sudah jelas informasinya, maka tim PR akan segera mengkonfirmasi kepada publik melalui awak media, baik secara langsung, melalui email, atau melalui telepon.
Media Relations adalah aktivitas yang dilakukan oleh tim PR untuk menjalin hubungan baik dengan media massa. Hal tersebut bertujuan agar perusahaan mudah melakukan publikasi dengan maksimal. Hal ini tentu tidak luput juga dari tim PR yang dipimpin oleh Oh Han-Byeol. Ia dan timnya menjalin baik hubungan dengan para reporter dari berbagai media, sehingga ketika akan melakukan publikasi, tim mereka tidak merasa kesulitan.
Memiliki hubungan baik dengan media juga, menjadi cara untuk mengatasi krisis. Hal ini dapat dilihat dari scene yang memperlihatkan Gong Tae Sung yang mengalami skandal dengan seorang aktris senior Eun Si Woo. Foto keduanya yang seolah sedang berpelukan tersebar di internet. Tentu hal ini menjadi citra negatif dan banyak opini publik yang bermunculan. Padahal, apa yang diteriakan publik melalui jari jemarinya adalah bukan hal yang benar, karena Eun Si Woo adalah ibu kandung dari Gong Tae Sung.
Karena hal ini, PR menggandeng media relations untuk meredakan opini publik mengenai skandal yang ada, melalui konferensi pers. Cara ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, juga agar informasi yang tersebar tidak melebar kemana-mana atau bahkan tidak dilebih-lebihkan.
Dari banyaknya hal diatas yang juga bisa kita nikmati dari K-Drama Shooting Stars, memperlihatkan bahwasanya PR memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan. PR dituntut untuk dapat menangani krisis yang terjadi, dan juga tetap harus bersikap tenang dalam mengambil suatu keputusan. Bagaimana #temantrustme, sudah siap menjadi Profesional PR?
Film disebut sebagai media massa yang memiliki banyak fungsi. Diantaranya sebagai sarana hiburan, juga dinilai informatif, edukatif dan persuasif. Jika ditelaah, setiap penulis naskah film, baik tersirat ataupun tersurat, pasti menyampaikan pesan untuk penontonnya. Termasuk film Hancock.
Hancock adalah pria pemabuk yang memiliki kekuatan sangat super. Karena kekuatannya, Ia dikenal oleh masyarakat sebagai superhero. Namun sayang, meski sering membantu dan menolong banyak orang dari kejahatan, alih-alih mendapat penghargaan, Ia malah dibenci oleh masyarakat dan media. Hal tersebut dikarenakan Hancock seringkali melakukan kekacauan dan merusak banyak property saat beraksi sebagai superhero. Film besutan sutradara Peter Berg dan di produksi oleh Columbia Picture yang bekerjasama dengan Relativity Media ini, dirilis perdana pada tahun 2008, yang merupakan film aksi komedi.
Hancock (Will Smith) yang menyadari dirinya memiliki citra buruk di mata masyarakat dan media, meminta pertolongan kepada praktisi PR, Ray Embrey (Jason Bateman) untuk melakukan perbaikan citra (Rebranding). Dari cerita ini, kita dapat belajar bahwasanya untuk melakukan rebranding diperlukan adanya strategi yang baik. Strategi tersebut akan didapatkan setelah adanya evaluasi. Itulah hal pertama yang dilakukan oleh Ray terhadap Hancock. Ray meminta Hancock untuk mengevaluasi diri, juga membenahi internal dari dirinya agar dapat berubah, sehingga dapat memperbaiki hubungannya dengan masyarakat.
Setelah menyepakati permintaan Hancock untuk dapat memperbaiki citranya, Ray Embrey melakukan perannya sebagai PR dengan Maksimal. Pertama, Ray menjadi penasihat ahli untuk memberikan berbagai masukan, seperti salah satunya perubahan sikap Hancock pada public. Selanjutnya, dalam hal pemecahan masalah ketika sedang mengalami krisis. Yaitu ditunjukan saat Ray meminta Hancock untuk menerima sanksi di penjara selama dua pekan, sebagai bentuk penyesalan, dan sebagai upaya agar Citra Hancock dapat baik di mata publik. Selain itu, sebagai PR, Ray melakukan komunikasi yang baik untuk menenangkan publik yang sudah terlanjur tidak suka dengan Hancock, juga sebagai informan bagi Hancock mengenai perkembangan kasus yang sedang terjadi.
Ray Embrey sebagai PR, menyadari betapa buruknya citra Hancock di mata masyarakat dan media. Maka dari itu, Ray mengambil keputusan untuk melakukan Konferensi Pers, dan membujuk Hancock untuk menyampaikan maaf atas segala kekacauan yang pernah dilakukannya.
Dalam dunia PR, membangun relasi dengan media merupakan kegiatan yang dapat menaikan citra, menolong seseorang atau organisasi keluar dari isu negatif, dapat menaikan hubungan baik dengan publik, menciptakan citra positif, juga menaikan kepercayaan publik.
Dari satu film, banyak hal yang dapat kita pelajari. Jadi, menonton tidak lagi hanya untuk hiburan saja, melainkan juga dapat menambah pengetahuan, termasuk di dalamnya pengetahuan mengenai Public Relations.
Bagaimana, sudah menonton film apa hari ini dan pelajaran apa yang didapat?
Sumber gambar: imdb.com
Tidak sedikit orang mengira, kemampuan public speaking ini hanya perlu dimiliki oleh mereka yang sering berbicara di depan khalayak umum, seperti Pemandu acara atau MC (Master of Ceremony), juru kampanye, guru atau dosen dan News Anchor.
Padahal, apapun profesinya, semua orang perlu memiliki kemampuan public speaking. Mengapa? Karena setiap dari kita pasti perlu komunikasi dan interaksi, baik dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di dunia kerja.
Kemampuan public speaking ini, tidak hanya digunakan untuk berbicara di depan khalayak umum yang berjumlah puluhan, ratusan bahkan ribuan orang saja. Namun, kemampuan ini sangat berguna juga untuk mereka yang bertemu dengan satu atau dua orang saja dalam setiap harinya, atau bahkan setiap minggunya.
Mengutip dari presenta.co.id, saking pentingnya kemampuan public speaking, seorang pembuat situs pertemanan Facebook, Mark Zuckerberg, rela mempelajari public speaking secara khusus. Seperti yang kita ketahui, Mark adalah salah satu orang tersukses dan terkaya di dunia, dan Ia memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum.
Lantas, apa manfaat public speaking?
Pertama, yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Facebook menjadi besar seperti saat ini, salah satunya karena Mark Zuckerberg memiliki kemampuan public speaking dengan baik. Hingga pada akhirnya, Ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk dapat meyakinkan investor, agar dapat mengembangkan aplikasi yang Ia buat. Selain itu juga, karena Mark pandai memberikan informasi dengan baik, pada wartawan yang membuat pemberitaan mengenai aplikasi yang dibuatnya.
Rasa percaya diri tidak hanya dapat dimanfaatkan ketika sedang berbicara di depan ribuan orang, namun juga akan sangat dibutuhkan saat berbicara dengan satu orang yang dapat meningkatkan bisnis dan karir kita.
Contoh lain adalah, ketika sedang melakukan wawancara kerja dengan salah satu manager perusahaan yang kita lamar. Jika tidak memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik karena kemampuan public speaking yang kurang, maka kita tidak akan mampu memberikan jawaban baik dari setiap pertanyaan pewawancara, dan kita pun akan kesulitan mempresentasikan kemampuan yang dimiliki.
Dengan mempelajari kemampuan public speaking, maka secara tidak disadari kita pun sedang membangun bahkan meningkatkan rasa percaya diri.
Kedua, Public Speaking dapat membuat orang lain merasa senang mendengarkan kita. Ada pernyataan yang mengatakan, “Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara. Tapi, tidak semua enak untuk didengarkan”.
Pernah menghadiri suatu acara dan ketika ada yang memberikan sambutan, kita malah merasa ngantuk dan bosan? Itu karena Ia yang sedang memberikan sambutan, tidak memiliki kemampuan public speaking dengan baik.
Memiliki kemampuan public speaking, itu artinya kita memiliki kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi. Yang mana diantaranya, kita tahu bagaimana cara berbicara, memilih kata dan kalimat yang tepat, juga tahu gestur tubuh yang sesuai. Sehingga, ketika kita berbicara dengan didukung kemampuan public speaking, kita dapat berbicara yang orang lain suka.
Dan itu jelas, akan sangat dibutuhkan ketika kita berhadapan dengan manager agar mempromosikan kita, dengan calon investor, ataupun untuk meningkatkan bisnis dan berbagai jenis karir kita.
Ketiga, menambah value. Seorang pebisnis, Steve Jobs memanfaatkan kemampuan public speaking untuk dapat mempresentasikan produk-produknya, sehingga dapat populer, mendunia, juga produknya laris terjual karena orang merasa perlu memilinya.
Dengan memiliki kemampuan public speaking, kita dapat tampil secara yakin, sehingga akan menumbuhkan kepercayaan dari orang-orang untuk dapat meningkatkan karir dan juga bisnis kita.
Keempat, Menjadikan kita dapat berpikir kritis. Dengan kemampuan public speaking, kita dituntut untuk memilih kata juga merangkai kalimat yang tepat. Hal tersebut tidaklah mudah. Namun menjadikan otak kita bekerja lebih aktif. Dari prosesnya tersebut, tanpa disadari kita sedang merangsang otak kita untuk berpikir lebih kritis lagi. Jika dapat berpikir kritis, maka tentu akan memudahkan kita mengambil keputusan dengan baik, sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Kelima, meningkatkan kemampuan leadership. Kemampuan public speaking, baik disadari ataupun tidak memudahkan kita untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja dengan latar belakang yang berbeda. Hal tersebut tentu dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Jadi, sudah ada keinginan untuk memulai melatih kemampuan public speakingnya? Yuu kita mulai..
Pernah ada dalam satu acara yang melibatkan pejabat negara? Atau pejabat daerah? Kalau iya, ketika pejabat datang, kalian akan melihat sejumlah orang yang mendampingi ‘pejabat’ yang kalian undang. Mereka yang mendampingi, biasanya adalah tim protokol atau disebut juga dengan protokoler.
Berbicara protokol, adalah berbicara aturan. Karena, apa apa yang dilakukannya, tidak jauh dari aturan yang berlaku. Atau, memang pekerjaannya harus sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam UU N0 9 Tahun 2010, peraturan yang telah disepakati di Lembaga, ataupun sesuai dengan keinginan pimpinannya.
Apa itu protokol?
Berdasarkan UU No 9 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 1, protokol merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan, atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya dalam negara, pemerintah dan masyarakat tertentu.
Nah, definisinya saja berkiblat pada undang-undang. Itu artinya, pekerjaan protokol ini memang begitu formal, tidak bisa dilakukan sesuai dengan keinginan dari pribadi anggota tim protokol itu sendiri. Kalau dibilang kaku, ya memang demikian. Eits, tapi jangan salah tanggap dulu. Protokol juga memiliki sifat fleksibilitas yaa..
Sesuai dengan yang tertulis di atas, protokol memiliki tiga fokus utama. Yaitu mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Ketiganya, dilakukan dan dipraktikan pada acara-acara yang bersifat resmi dan formal. Biasanya, protokol akan muncul pada agenda-agenda seperti upacara bendera, serah terima jabatan, penandatangan MOU kerjasama, dan acara lainnya.
Yang menjadi pertanyaannya, apakah protokol hanya dibutuhkan pada acara kenegaraan atau hanya melekat pada instansi pemerintahan saja? Tidak. Fenomena saat ini, tidak sedikit perusahaan swasta yang menyadari betapa pentingnya protokol. Mereka dengan sengaja akan membentuk tim protokol dari personal yang professional dan dapat dengan mudah memahami aturan main keprotokolan. Karena sejatinya, protokol akan meningkatkan citra dari perusahaan karena mampu memberikan penghormatan untuk tamu undangan. Itu artinya, protokoler memainkan peran penting dalam penilaian pihak laur pada martabat dan harga diri pejabat atau Lembaga yang bersangkutan.
Komunikasi, seperti halnya yang kita ketahui, merupakan satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan di setiap harinya. Setiap orang, pasti berkomunikasi. Baik itu dengan dirinya, dengan Tuhannya, atau dengan orang lain. Entah komunikasi secara verbal atau non verbal, namun memang setiap dari kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Begitu pun dengan Public Relations (PR).
Lantas, apa tujuan dari komunikasi? Nah mari kita bahas satu persatu tujuan komunikasi secara umum. Yaitu diantaranya untuk menyampaikan informasi, untuk memengaruhi, untuk memotivasi dan untuk membangun sifat saling mengerti.
Seringkali, komunikasi memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi dari suatu organisasi kepada khalayak umum atau publik. Contohnya, saat ini pemerintah sedang gencar menyampaikan larangan mudik di tahun 2021, sebagai langkah untuk menurunkan kasus Covid-19. Pemerintah sebagai suatu organisasi, dan publik sebagai penerima informasi.
Tujuan komunikasi selanjutnya, ialah untuk memengaruhi. Dalam hal ini, disebut juga sebagai komunikasi persuasif. Yang mana, dalam meyakinkan sesuatu, bentuk komunikasi persuasif ini bersifat lembut, tidak agresif. Contohnya, pemerintah sebagai komunikator (penyampai informasi) dalam himbauan bahkan larangan untuk mudik di tahun 2021 karena untuk menurunkan kasus Covid-19, yaitu dengan menggunakan kalimat santun dan tidak menekan/ mengancam. Yaitu dengan tetap mengingatkan, bahwa kita harus saling menjaga orang yang dicintai. Karena, kita tidak tahu apakah di tempat perantauan kita membawa virus atau tidak.
Selanjutnya, komunikasi untuk memotivasi. Pemerintah menyampaikan bahwa publik perlu tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat, mengkonsumsi vitamin ataupun dengan menjaga tubuh agar terus bergerak seperti olahraga, merupakan langkah pemerintah agar publik tidak begitu menyerah dengan Covid-19 saat ini. Sehingga dari sana ada tindakan yang diambil oleh publik, yaitu untuk tetap bersemangat menjaga kesehatan dengan segala keterbatasan karena dampak Covid-19.
Terakhir adalah untuk membangun sifat saling mengerti. Tidak sedikit, publik bertentangan pendapat dengan himbauan pemerintah yang mengharuskan untuk tetap di rumah saja. Gerakan tersebut, mungkin di pihak pemerintah adalah satu hal yang bisa dilakukan agar kasus Covid-19 tidak terus meningkat. Namun di sisi lain, publik perlu tetap beraktivitas karena harus tetap memenuhi kebutuhan finansial keluarga, yang tidak bisa hanya di rumah saja. Nah dari sana, pemerintah terus melancarkan komunikasi, agar pada akhirnya dapat meraih pengertian dari publik untuk memiliki pendapat yang sama, mengenai gerakan ‘di rumah saja’.
Dalam kegiatan public relations, tujuan komunikasi perlu selalu tercapai. Untuk meraih tujuan tersebut, kunci terbaiknya adalah dengan melalui pendekatan, juga rencana yang strategis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Ada beberapa sikap, yang dinilai perlu dimiliki oleh seorang profesional public relations. Selain menjadi penunjang, berbagai sikap ini merupakan hal yang akan menjadi santapan sehari-hari seorang public relations. Apa saja kah sikap yang tersebut?
Komunikasi yang profesional. Public relations menjadi jembatan antara publik dan manajemen. Jika manajemen memiliki kebijakan baru, maka sudah seharusnya public relations mengkomunikasikan secara efektif kebijakan tersebut. Karena sejatinya, publik memiliki hak akan informasi mengenai kebijakan yang dibuat.
Advokasi. Menyimpan kepercayaan pada yang mempekerjakan dan percaya atas integritas juga kredibilitas klien, merupakan hal yang perlu dipenuhi seorang public relations. Dalam praktiknya, public relations harus menjadi seorang advokat bagi orang yang sedang mempekerjakan mereka. Bagaimanapun kondisi klien, maka sudah menjadi keharusan public relations untuk membelanya.
Kemampuan memberi nasihat. Menjadi seorang public relations, dalam kesehariannya akan bertemu bahkan menjadi sarapan untuk selalu berhadapan dengan hal yang tidak nyata seperti pengaruh media, opini publik dan pesan komunikasi. Hal tersebut tentu berbeda jauh dengan apa yang dihadapi para pejabat eksekutif yang dalam kesehariannya bertemu hal nyata seperti biaya per seribu, arus kas, neraca dan lainnya. Kedua pengalaman yang berbeda, tidak menutup kemungkinan akan membawa praktisi public relations dengan para eksekutif atau manajemen tersebut memiliki berbagai pandangan yang berbeda sekaligus berseberangan. Namun demikian, jika ada hal yang memang perlu dikomunikasikan mengenai kepentingan publik dan manajemen, seorang public relations perlu memiliki keberanian untuk tegas bahkan untuk berkata ‘tidak’.
Etika. Menjadi seorang public relations jika melakukan hal benar adalah akan dianggap itu sudah menjadi kewajibannya. Namun jika melakukan kesalahan, maka public relations akan dicari dan disalahkan. Maka, agar tidak melakukan kesalahan, public realtions perlu melakukan segala hal yang etis dan beretika.
Siap mengambil resiko. Bekerja dalam bidang apapun, resiko akan selalu mengikuti. Begitupun dengan menjadi seorang public relations. Karena dalam fenomena yang ada, tidak sedikit personal ataupun perusahaan yang mempekerjakan public relations, namun tidak begitu memahami dunia dan jobdesk public relations. Padahal sejatinya, public relations adalah etalese perusahaan yang cukup berpengaruh pada citra. Maka, sudah seharusnya profesional public relations, mempercayai pengetahuan yang dimiliki, memiliki keteguhan, dan jika beresiko namun tetap dapat membangun dan mempertahankan citra, maka resiko itu.. ambil..
Berpikir Positif. Menjadi seorang yang bekerja di bidang public relations, tidak selalu menjadikan suaranya di dengar oleh pihak manajemen. Tidak jarang, karena ingin mencari aman, pihak manajemen akan lebih mendengarkan pengacara ataupun pihak eksekutif dalam mengambil keputusan atau membentuk suatu kebijakan. Padahal, yang lebih dekat bahkan kenal dengan publik internal ataupun eksternal adalah public relations. Tidak mengapa, jika demikian maka hal yang perlu dilakukan publik relations adalah tetap berpikir positif, tidak perlu dipikirkan terlalu jauh, terus berjalan dan maju adalah pilihat yang tepat.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Menjadi seorang public relations, tentu perlu memiliki skill atau kemampuan secara teknis. Hal tersebut, untuk menunjang pekerjaan agar terlihat lebih profesional dan mampu memenuhi berbagai tugas dan tanggungjawab untuk tetap dapat membangun bahkan mempertahankan citra pimpinan atau perusahaan.
kemampuan teknis tersebut diantaranya pengetahuan terkait bidang yang ditekuni (public relations), pengetahuan terkait komunikasi, teknologi, peristiwa terkini, bisnis dan manajemen.
Pengetahuan terkait bidang yaitu terdiri dari dasar-dasar ilmu public relations. Pepatah bilang, “Tak kenal, maka kenalan”. Begitulah jika ingin menekuni satu bidang, maka mau tidak mau harus mengenalnya terlebih dahulu sebelum menjalaninya. Mengetahui apa itu public relations, fungsinya untuk apa, dan bagaimana seharusnya public relations bersikap atau bekerja, akan menjadi pengetahuan dasar sehingga ketika akan mendalami dan menjalani tidak akan merasa kesulitan, karena telah tahu peran apa yang perlu dilakukan.
Pengetahuan pada komunikasi. Pernah mendengar, “Semua orang tidak bisa tidak berkomunikasi”. Karena memang setiap dari kita, baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam menjalkan pekerjaan dalam bidang apapun, komunikasi adalah komponen yang memang pasti kita jalani. Terlebih untuk seorang public relations, komunikasi adalah satu hal yang tidak bisa dilewati untuk melakukan pekerjaan baik secara lisan ataupun tulisan.
Pengatahuan pada teknologi. Saat ini kita hidup di era teknologi yang tidak hentinya terus dan terus berkembang. Mengapa seorang public relations perlu memiliki pengetahuan ini? Karena di era sekarang, pekerjaan tidak hanya dilakukan secara konvensional, melainkan juga memanfaat berbagai platform digital untuk mendapatkan kepercayaan publik, agar citra baik tetap terus dimiliki. Seorang public relations, harus terbiasa berada depan kamera, mengelola web, menggunakan berbagai sosmed dan lainnya.
Pengetahuan mengenai peristiwa terkini. Mengetahui banyak hal dari berbagai bidang baik politik, ekonimi, pendidikan, sejarah, literatur, bahasa bahkan yang sedang trend di dunia hiburan dan lainnya, jika memang terkait dengan hal yang dapat memengaruhi khalayak umum/ publik, seorang public relations perlu mengetahuinya.
Pengatahuan bisnis. Hal ini pun menjadi satu dari enam kemampuan yang perlu dipenuhi oleh public relations. Terlebih mengenai perusahaan ataupun industri yang memang sedang digeluti. Perlu mengetahui bagaimana bisnis berjalan, juga mengetahui pedoman inti dari suatu bisnis.
Pengetahuan Manajemen. Public relations, disebut juga sebagai penerjemah manajemen. Maka sudah seharusnya megetahui bagaiman para menajer senior mengambil keputusan, bagaimana kebijakan publik yang dibentuk, juga agar lebih memahami, public relations perlu mengetahui bagaimana tekanan dan tanggung yang dipikul oleh para manajer dalam perusahaan dimana ia bekerja.
Keenam hal tersebut, tentu dapat terus dilatih dan diasah setiap harinya. Jadi, sudahkah memiliki keenam hal di atas?
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Public Relations (PR) atau sering juga disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas), merupakan proses komunikasi strategis yang membentuk hubungan yagn saling menguntungkan di antara organisasi dan publiknya.
PR sering juga dikatakan sebagai jembatan untuk organisasi dan publik. Jembatan untuk apa? Untuk dapat mengkomunikasikan segala informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai organisasi. Pun, PR perlu juga mengkomunikasikan kebutuhan publik kepada organisasi.
Dalam praktiknya, seorang praktisi PR memiliki berbagai fungsi yang merupakan berbagai kegiatan ataupun hal yang menjadi tanggungjawab dari seorang PR. Berikut, mari kita bahas satu per satu fungsi public relations.
Penulisan, adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang PR. Mengapa demikian? karena PR akan menjalankan tugas seperti membuat atau menyusun release yang nantinya dimuat di website resmi organisasi ataupun untuk dibagikan ke berbagai media mainstream. Selain itu, menulis pidato untuk dibacakan pimpinan ataupun pemimpin departemen public relations saat akan menyampaikan informasi pada publik. Jua penulisan untuk kebutuhan brosur ataupun bentuk iklan yang lainnya.
Hubungan dengan media, menjadi fungsi public relation selanjutnya. Memiliki hubungan baik dengan media perlu dijalani oleh PR. Mengapa demikian? Karena dalam mempublikasikan informasi pada publik, bekerjasama dengan media adalah keharusan yang perlu dimiliki oleh PR.
Selanjutnya antarmuka media sosial. Menguasai berbagai sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya, juga situs web resmi. Menguasai perkembangan yang ada agar tidak terlalu gagap teknologi (gaptek), juga perlu memiliki kemampuan mengembangkan konten agar sosial media dan web tetap terus hidup dan dapat memeberi kesan citra yang baik bagi organisasi. Juga, sangat penting memonitor serta merespons situs web jika memang hal tersebut dibutuhkan. Terus bangun interaksi diantara keduanya.
Perencanaan yaitu program-program departemen PR dalam mengadakan suatu acara baik bersifat khusus ataupun umum. Juga dalam menjalankan fungsi manajemen, perlu adanya perencanaan dengan perhitungan yang baik agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Konseling. Masih ingat dengan tulisan di we trustmepr.com sebelumnya? yaps yang berjudul “Public Relations, Penerjemah Pihak Manajemen”. Nah dalam prosesnya, saat manajemen akan menentukan sikap apa yang akan dibangung saat berhadapan dengan publik, PR akan menjadi tim konseling. Karena, PR sendiri adalah yang lebih dulu mengenal publik dan mengetahui keinginan juga kebutuhan publik.
Penelitian. Hal ini tentu dibutuhkan pada saat akan meneliti isu yang sedang dihapai. Sehingga, akan memudahkan profesional PR untuk menetukan sikap dan opini yang dapat memengaruhi tindakan dan kepercayaan publik.
Publisitas, yaitu jawaban bagi suatu organisasi agar terlihat kredibel di mata publik. Hal ini tentu dinilai penting untuk dilakukan, karena membuat suatu produk bisa diingat oleh publik. Publisitas tentu berbeda dengan marketing karena memang tujuan hanya untuk dikenal bukan untuk ‘menjual’ produk agar segera membeli produk yang dimiliki organisasi. Jenis publisitas diantaranya press release, media sosial, produk placement dan partnership.
Fungsi selanjutnya adalah komunikasi pemasaran yaitu hal-hal yang memang berkaitan untuk kebutuhan pemasaran. Diantaranya adalah promosi suatu produk, promosi, membuat materi pemasaran tambahan dan lainnya.
Selanjutnya, Hubungan komunitas dan konsumen. Keduanya dibutuhkan interaksi baik agar dapat mensosialisasikan pesan dan kesan organisasi, baik secara tertulis ataupun lisan.
Hubungan pegawai. Poin ini adalah dinilai sangat penting. Mengapa? karena bagian internal perusahaan perlu lah tetap ada di satu atap visi, misi dan tujuan yang sama. Menjalin komunikasi, tentu adalah kunci agar hubungan secara personal atau untuk kebutuhan perusahaan dapat terus terjalin. Sehingga memudahkan tujuan dari suatu organisasi untuk segera tercapai.
Hubungan dengan pemerintah. Hal ini tentu mau tidak mau perlu dijalani oleh seorang PR. Yaitu agar bisa menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah, provinsi dan negara, juga dengan para legislatord dan regulator.
Hubungan dengan penanam modal. Jika memang PR ini berada di satu organisasi yagn membutuhkan para investor, maka memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan para pemegang saham dan para penasihatnya, adalah salah satu fungsi yang juga perlu dijalani oleh PR.
Begitu banyak fungsi PR yang senantiasa dijalani oleh profesional PR dalam kesehariannya. Selain hal-hal yang ditulis diatas, fungsi lain yang perlu dikuasai oleh PR yaitu hubungan dengan publik khusus (WNA, lansia dan lainnya), Hubungan dengan isu publik dan komunikasi pada masa krisis.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Era saat ini, public relations dinilai sangat dibutuhkan disetiap organisasi yang bergerak di bidang apapun. Hal tersebut dikarenakan public relations memiliki kekuatan untuk dapat memengaruhi hampir semua orang yang berhubungan dengan orang lain.
Berbagai kegiatan seperti surat menyurat, pertemuan langsung ataupun tidak (daring), juga panggilan telepon adalah tugas yang juga menjadi sebuah acara penting bagi seorang profesional public relations.
Karena hal tersebut, tentulah public relations dikatakan sebagai penerjemah bagi sebuah organisasi. Public relations perlu memiliki kepandaian untuk dapat memahami ide, konsep, aturan, kebijakan, berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pun juga sebaliknya, public relations perlu menyampaikan dengan jelas dan lugas apa yang menjadi sikap publik pada pihak manajemen.
Yang dapat ditarik sebagai benang merah disini ialah, profesional public relation akan mendapatkan penerimaan, perhatian, pengertian juga tindakan dari publik yang menjadi target, setelah departemennya secara menyeluruh, memahami apa yang dipikirkan oleh pihak manajemen.
Maka, public relation dalam praktiknya dapat disebut juga sebagai perantara ataupun penghubung antara pihak manajemen dan publik, ataupun antara publik dan pihak manajemen. Maka sudah seharusnya, departemen public relation memiliki akses yang baik pada pihak manajemen.
Dalam keseharian menjalankan tugasnya, public relations di organisasi yang bergerak di bidang apapun dapat berdiskusi, juga dapat memberi masukan pada pihak manajemen. Bahkan jika dibutuhkan, public relation bisa saja mendesak pihak manajemen untuk segera dapat memberikan keputusan untuk hal yang dibutuhkan. Namun meski demikian, keputusan tetap mutlak ada di genggaman manajemen tanpa perlu adanya intimidasi dari praktisi public relations.
Jika pada masanya manajemen telah mengeluarkan suatu keputusan berupa kebijakan, maka selanjutnya adalah tugas dari departemen public relations untuk segera dapat menyampaikan ide, yang ada secara jelas dan akurat, sehingga dipahami dan diterima oleh publik.
Begitulah, untuk menjadi seorang public relations perlu memiliki kecerdasan dan keinginan, agar dapat terus memahami pihak manajemen dan publik, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar informasi dapat diterima tanpa ada salah, yang dapat memberikan dampak negatif bagi organisasi.
Referensi,
Buku Praktik Public Relations, ditulis oleh Fraser P. Seitel, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
Foto,
humasindonesia.id
Menjadi seorang Public Relations (PR) tentu perlu memenuhi tugas utamanya untuk dapat mempromosikan produk klien, ataupun menjaga reputasi klien. Kedua hal tersebut, memiliki proses yang akhirnya dapat memengeruhi opini publik sesuai dengan tujuan yang dicapai.
John Marston yang dikenal sebagai profesor komunikasi, mengenalkan 4 tahapan suatu model yang berbasis pada fungsi spesifik.
Keempat tahapan tersebut diantaranya penelitian, tindakan, komunikasi juga evaluasi.
Penelitian (Research) merupakan langkah untuk dapat meneliti isu yang sedang dihadapi. Tindakan (Action) adalah untuk mengidentifikasi tindakan klien yang menjadi perhatian publik. Komunikasi (Communication) yaitu tindakan yang dipilih agar dapat dikomunikasikan sebgai tujuan untuk mencapai pemahaman, penerimaan serta dukungan. Terakhir, evaluasi (evaluation) ialah mengavaluasi komunikasi yang telah dilakukan dan melihat apakah opini sudah mulai terpengaruh atau tidak.
Tahapan kedua, yaitu ‘tindakan’ merupakan kunci dari semua proses. Hal tersebut dikarenakan, komunikasi tidak akan berjalan jika tidak memiliki tindakan. Jadi menurut John Marston, bertindak dahulu baru berkomunikasi kemudian.
Selain empat langkah dari John Marston, Profesor Public Relations Sheila Clough Crifasi juga memiliki langkah untuk dapat memengaruhi opini publik, diantaranya yaitu dengan menentukan tujuan yang jelas, bekerja dengan strategi yang telah dirangkai dengan tepat, juga mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
Sementara itu, masih ada langkah yang memang dinilai sama tepatnya untuk dapat dilakukan oleh seorang Public Relations, adalah diantaranya penelitian, perencanaan, implementasi dan juga evaluasi.
Dari ketiga langkah diatas, sebenarnya dapat ditarik benang merah yang perlu dilakukan oleh Public Relations yaitu adanya manajemen dan tindakan. Jika kedua hal tersebut dilakukan dengan hati-hati, terperinci dan terencana, maka publik dapat dengan mudah dipengaruhi untuk selanjutnya dapat mencapai tujuan seorang Public Relations agar dapat membentuk dan menjaga citra klien, atau mempromosikan produk yang dimiliki klien.